BREAKING

Selasa, 03 Januari 2012

Senandung Cinta di Medan Khandaq (Bagian 1)

Peta Perang Khandaq
Latar Belakang

Setelah Rasulullah saw hijrah ke Yatsrib, yang pertama kali dilakukan adalah membangun masjid dan perjanjian dalam rangka membangun negara, sehingga Yatsrib berganti nama bernama Madinah. Di Madinah merupakan kota yang heterogen, beragam suku, etnis dan agama, termasuk Yahudi. Yahudi menetap di Madinah bukan tanpa alasan, melainkan mereka tidak bisa mempertahankan Al Quds yang telah direbut oleh Romawi yang dipimpin oleh Nebujdanezar pada tahun 70 SM. Kekalahan Yahudi tersebut membuat mereka terusir dari Palestina dan mencari tempat lain, salah satu daerah tujuannya adalah Yatsrib.

Yatsrib bukan hanya tempat pelarian, tetapi juga untuk "menyambut kedatangan". Artinya menyambut kedatangan seorang Nabi dan Rasul hingga akhir zaman. Informasi ini mereka dapatkan dari kitab-kitab mereka, baik di dalam Injil yang dibawa oleh Nabi Isa a.s, maupun Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. Dengan harapan Nabi tersebut adalah dari keturunan mereka, tapi mereka kecewa. Ternyata Nabi akhir zaman bukan dari keturunan mereka, melaikan dari Quraisy yaitu Nabi Muhammad saw.

Kekecewaan tersebut berujung kebencian, bukan hanya kepada Nabi Muhammad saw, tetapi juga benci kepada Allah swt. Ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw juga banyak yang mengupas kejahatan dan pembangakangan kaum Yahudi di masa lalu. Padahal, sebelumnya mereka hidup aman di Madinah. Mereka kaum elitis dan cerdas, sehingga perekonomian Madinah diatur oleh mereka. Bahkan, mereka punya tempat meng-kaji kitab yang disebut al-midras

Semakin lama, komunitas kaum Yahudi semakin besar. Sehingga rumpun kaum Yahudi bisa dibagi menjadi 3, yaitu Bani Qainuqa', Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Setiap suku Yahudi tersebut, terdapat suku-suku kecil di bawahnya. Interaksi mereka dengan penduduk Yatsrib, membuat proses terjadinya asimilasi budaya komunitas Yahudi. Misalnya, mereka memberi nama keturunan mereka dengan memakai istilah-istilah Arab.


Seiring berjalannya waktu, kaum Yahudi yang tertama kali melanggar perjanjian Madinah (Piagam Madinah). Sebagai hukumannya, Bani Qainuqa' diusir dari Madinah menuju Khaibar karena telah membunuh seorang Muslim di pasar Qainuqa'. Muslim tersebut berusaha menolong seorang muslimah yang diganggung oleh orang-orang Yahudi yang ada di situ, dengan cara mengikat ujung jilbab muslimah itu dengan batu. Sehingga ketika muslimah itu berdiri, tersingkaplah auratnya. Peristiwa ini membuat orang-orang Yahudi tertawa terbahak-bahak, sahabat Rasulullah saw yang melihat kejadian itu langsung mendatangi orang Yahudi tersebut dan berduel, sampai orang Yahudi itu tewas. Melihat orang Yahudi itu tewas, langsung saja sahabat Rasulullah saw itu dikeroyok oleh orang-orang Yahudi disekitarnya hingga ia tewas juga.

Tidak hanya Banni Qainuqa', Bani Nadhir juga melakukan makar. Mereka mencoba membunuh Rasulullah saw dengan cara melemparkan batu besar dari atas tempat Nabi saw bersandar, saat beliau mendatangi Yahudi Bani Nadhir untuk negosiasi pembayan dhiyat (denda) karena perbuatan mereka membantai 70 orang sahabat. Peristiwa tersebut Bi'ru Ma'unah. Ulah mereka membuat Rasulullah mengumpulkan para sahabat untuk memerangi mereka dengan cara mengisolasi benteng mereka kurang lebih 25 hari. Akhirnya mereka mereka menyerah tanpa perlawanan.

Yahudi Mendatangi Madinah

Yahudi Bani Nadhir merasa punya kepentingan untuk memerangi kaum Muslimin di Madinah, kemudian mereka menggalang kekuatan serta membangun jaringan kekuatan (koalisi) dengan semua pihak yang mempunyai kepentingan yang sama. Untuk misi tersebut, mereka datang ke Mekkah untuk bernegosiasi dengan Quraisy di Mekkah. Setelah sepakat, mulailah Quraisy melakukan konsolisadi dan mobilisasi pasukan mereka, hingga terkumpul kurang lebih 4000 pasukan.

Begitu pula dengan orang badui Arab diajak untuk bergabung dengan koalisi tersebut untuk memerangi muslimin di Madinah. Hasilnya memang luar biasa, ada sekitar 6 suku yang tergabung dibawah komando Bani Ghatafan. Jumlah keseluruhan menjadi 10.000 pasukan. Walau dengan pasukan sebesar itu, mereka belum puas. Mereka memprovokasi Bani Quraizhah di Madinah untuk berkhianat. Ini kesempatan untuk melakukan perlawan dari dalam Madinah dengan cara menyerang tiba-tiba apabila pasukan Ahzab datang dari luar kota Madinah. Awalnya pemimpin Bani Quraizhah yang bernama Huyai bin Akhtab, menolak ajakan mereka untuk berkhianta. Akhirnya Huyai bin Akhtab pun menyetujuinya.

Kota Madinah dan Kaum Muslimin

Pada saat perang Khandaq, kota Madinah diliputi musim dingin yang luar biasa. Siang hari suhu mencapai 45 derajat celcius, malam harinya mencapai 5 sampai dengan 10 derajat celcius ketika musim panas. Saat musim dingin ketika itu suhu bisa mencapai 0 derajat celcius. Rasa dingin membuat orang menjadi cepat lapar. Tidak ada cara lain untuk muslimin di Madinah, kecuali dengan mengurangi frekuensi dan jumlah makan mereka. Jika dalam kondisi normal bisa makan sehari tiga kali, maka pada saat ini mereka hanya makan sekali dalam sehari.Pada puncak penggalian parit, beberapa sahabat tidak makan sama sekali selama 3 hari begitu pun dengan Rasulullah saw. Bibir beliau sampai kering dan pecah-pecah. 

Munculnya ide penggalian parit muncul dari seorang sahabat yang bernama Salman Al Farisi saat Rasulullah saw mengadakan rapat permusyawaratan militer. Salman Al Farisi adalah sahabat Anshar keturunan Persia. Rasulullah saw membentangkan peta dan menetapkan penggalian parit di sebelah Utara, untuk proyek ini beliau mempercayakannya kepada Salman Al Farisi. Pembuatannya sepanjang pintu masuk Madinah.

Selama penggalian parit, perut mereka diisi sekali saja. Itu pun kadang hanya segenggam gandum dicampur degan minyak samin yang sudah bau karena disimpan terlalu lama. Terpaksa mereka memakannya karena kelaparan yang amat sangat. Lama-lama para sahabat tidak kuat menahan lapar, mereka mengeluh pada Rasulullah saw. Beliau menghimbau, "Jika kalian merasa lapar, ganjallah perut kalian dengan batu". Seketika itu mereka mencari batu dan mengikatnya dipinggang mereka. Jika lapar melanda kembali, ikatan mereka semakin kencang. Rasulullah saw pun tidak kalah lapar dengan para sahabatnya yang lain. Beliau mengganjal perutnya dengan dua buah batu. Melihat hal ini Jabir r.a tidak tega melihatnya. Ia meminta ijin kepada Rasulullah untuk pulang ke rumah karena suatu keperluan. Sesampainya di rumah, Jabir meminta istrinya memasak makanan untuk diberikan kepada Rasulullah.

Jabir menemui Rasulullah saw, dan mengajak beliau untuk makan di rumahnya. Tindakan Jabir ini langsung mendapat pujian dari Allah swt dalam surat Al Ahzab : 6. Makanan yang dimasak oleh istrinya hanya cukup untuk 3 orang, maka Jabir mengajaknya dengan berbisik. Kemudian beliau mengajak para sahabatnya untuk makan ke rumah Jabir. Jabir merasa khawatir dengan kejadian tersebut. Makanan 3 porsi diperuntukkan untuk 700 orang. Setelah mengucapkan salam, beliau meminta ijin masuk ke dapur rumah Jabir. Para sahabat diminta menunggu di luar rumah. Beliau mengaduk sendiri kuah kambing itu dan memindahkannya ke dalam bejana untuk dihidangkan kepada para sahabatnya. Rasulullah saw mengatakan, "Makanlah kalian sepuasnya!"

Setelah para sahabat kenyang, mereka kembali bertugas kembali. Disela-sela menyelesaikan pekerjaan mereka, Rasulullah menghibur para sahabat dengan mendendangkan syair-syair untuk membangkitkan semangat para sahabat. Disebutkan bahwa Rasulullah saw berkata :

"Ya Allah, jika bukan karena Engkau, kami tak kan mendapat petunjuk, bersedekah, dan kami tidak shalat
Maka turunkanlah ketentuan kepada kami,
Kukuhkan kekuatan kami saat musuh datang menyerang
Dari dahulu mereka melawan kami,
Tetapi kami selalu berhasil menggagalkannya"

Begitu pula dengan para sahabat juga melantunkan syair sebagai berikut :

"Kami adalah orang yang telah berba'iat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama hidup kami"

Mendengar syair tersebut, Rasulullah saw tersenyum, seraya menjawab, "Ya Allah, sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka berkatilah kaum Anshar dan Muhajirin"

Bersambung...

(Sumber : Manajemen Gerakan Dakwah di Masa Krisis, Belajar dari Sejarah Perang Khandaq)

About ""

Asosiasi Nasyid Nusantara (ANN) adalah sebuah organisasi yang merupakan wadah bagi para munsyid, penggiat nasyid, produser Nasyid, distributor nasyid, pencinta nasyid, lembaga, institusi, dan media massa maupun masyarakat umum yang ingin mendukung Nasyid.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 ANN DKI JAKARTA
Design by FBTemplates | BTT