BREAKING

Kamis, 12 Januari 2012

Senandung Cinta di Medan Khandaq (bagian 2-habis)

Ilustrasi kondisi penggalian parit
Penggalian parit akhirnya selesai tepat waktu. Seketika itu juga pasukan Ahzab yang terdiri dari 3 rombongan besar tiba dan memasuki kota Madinah. Mereka membangun basis militer yang berhadapan langsung dengan kota Madinah, tapi para pasukan Ahzab begitu terkejut dengan apa yang ada di depan mereka. Ya, yang ada di depan mereka adalah sebuah parit raksasa yang memiliki kedalaman 3 meter, lebar 4 meter dan panjangnya mencapai 5 kilometer yang membentang daerah utara Madinah. Di belakang parit itu, pasukan Muslimin bersiaga penuh, dan parit itu yang memisahkan pasukan Muslimin dengan pasukan Ahzab yang berjumlah 10.000 orang.

Saat itu, tradisi bangsa Arab sama sekali belum mengenal metode perang dengan membuat parit. Strategi yang digunakan Rasulullah saw ini di luar dugaan pasukan Ahzab. Parit itu membuat mereka jengkel, mereka hanya melihat pasukan Muslimin tapi tidak bisa menyerang. Abu Sufyan bin Harb merasa heran, "Apa yang tela dilakukan orang-orang Muslim di sana, sungguh kita tidak pernah mengenal cara berperang seperti ini". Suasana keheranan itu akhirnya menyebar ke seluruh pasukan Ahzab, bahkan Ikrimah bin Abu Jahal dan Khalid bin Walid yang ketika itu masik musyrik sampai menggeleng-gelengkan kepala. Mereka datang dengan kuda terbaik, tapi sayangnya parit yang ada di depan mereka terlalu lebar untuk dilewati. Parit itu membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa, dan parit itu memjadi pukulan pertama untuk mereka.

Strategi Rasulullah saw
Rasulullah saw memecah pasukannya menjadi beberapa bagian dan masing-masing memiliki tanggung jawab yang berbeda. Pasukan pertama, berada di dekat Rasulullah sekitar 12 orang. Pasukan kedua, merupakan pasukan inti yang terdiri dari pasukan berkuda dan pasukan pemanah. Fungsi pasukan pemanah ini adalah berperan jika ada kontak, karena adanya parit akan susah jika kontak senjata dalam jarak dekat. Melesatkan anak panah merupakan senjata paling ampuh dari ke dua belah pihak. Seorang sahabat, Sa'ad bin Mu'adz terkena panah pada betis dan tangannya, bahkan sampai memutuskan pembuluh darahnya hingga ia syahid karena kehabisan darah. 

Akhirnya, kedua pasukan hanya sebatas mengawasi. Pasukan Ahzab berusaha keras untuk mencari peluang untuk bisa menembus barisan pertahanan pasukan Muslimin. Sedangkan pasukan Muslimin mengawasi daerah rawan yang bisa menjadi celah masuknya pasukan Ahzab. Apabila ada aktivitas pasukan Ahzab, di situ ada pasukan Muslimin yang siap siaga.



Pertempuran Kecil di Beberapa Titik
Pasukan Ahzab hanya berputar-putar sekitar parit dengan amarah yang meledak-ledak, mereka terus mencari celah untuk masuk ke pertahanan pasukan Muslimin.  Sementara itu pasukan Muslimin masih mengawasi gerak-gerik pasukan Ahzab, dan melontarkan anak panah agar pasukan Ahzab tidak mendekati parit apa lagi melewatinya dengan cara menimbun tanah. Lama-lama pasukan Ahzab mulai jengkel, karena tidak bisa berbuat banyak untuk pertempuran ini. Strategi ini bukan kebiasaan mereka.

Kemudian, muncul sekelompok orang dari mereka diantaranya Amr bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, Dhirar bin Khathab dan lainnya, mendapatkan celah parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati parit itu, lalu memutar kuda mereka ke daerah yang lebih lembab yaitu antara parit dengan gunung Sal'un. Ali bin Abi Thalib tidak tinggal diam, ia dan beberapa pasukan Muslimin segera mengepungnya. Akhirnya, Amr bin Abdi Wudd mengajak Ali untuk berduel. Tantangan tersebut disambut Ali. Setelah turun dari kudanya, ia melontarkan ungkapan yang membuat Amr sangat marah. Pertarungan keduanya menjadi seru, keduanya adalah petarung yang tangguh, dan pertarungan dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib. Ia berhasil membunuh Amr bin Abdul Wudd dengan pedangnya yang tajam.

Pasukan kecil Ahzab ini akhirnya bisa dipukul mundur oleh pasukan yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Mereka sangat ketakutan, sampai-sampai Ikrimah bin Abu Jahal meninggalkan tombaknya di arena pertarungan.

Akhir Peperangan
Selama peperangan itu sebatas melepaskan anak panah dari kedua belah pihak, walau begitu tetap ada kontak fisik. Akibatnya, korban dari pasukan Ahzab sekitar 10 orang luka-luka dan 2 orang tewas. Sedangkan dari pasukan Muslimin, korbannya sekitar 6 orang luka-luka dan 1 orang syahid, yaitu Sa'ad bin Mu'adz. Saat terkena anak panah, Sa'ad berdoa :

"Ya Allah, sesugguhnya Engkau tahu tak seorang pun
Yang lebih aku cintai dari pada berjihad di jalan-Mu,
Melawan orang-orang yang mendustakan Rasul-Mu dan
Ya Allah, aku mengira Engkau menghentikan
Peperangan antara kami dengan mereka. Jika memang Engkau
Masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang
Quraisy, maka berikanlah sisa kehidupanku untuk
Menghadapi mereka, agar aku dapat memerangi mereka karenaMu.
Jika Engkau sudah menghentikan peperangan, maka korbankanlah\lagi agar aku bisa mati dalam peperangan ini"

Pada akhir doanya, Sa'ad berkata, "Janganlah Engkau matikan aku hingga aku merasa senang setelah memerangi Bani Quraizhah", ya... Allah swt mengabulkannya. Bani Quraizhah berkhianat terhadap perjanjian damai dengan kaum Muslimin, mereka menyerang dari dalam kota Madinah. Saat Rasulullah mengajukan saran kepada para sahabatnya, mau diapakan para pengkhianat dari Bani Quraizhah itu, Sa'ad mengajukan akan semua laki-laki dewasa dari Bani Quraizhah dihukum mati. Rasulullah saw berkata kepada Sa'ad, "Engkau telah memutuskan sesuai dengan yang Allah tetapkan".

Rasulullah saw dan para sahabat tidak henti-hentinya bersenandung harap kepada Allah swt, agar membantu pasukan Muslimin untuk mengalahkan musuh. Ya, doa adalah senjata paling ampuh orang-orang beriman. Saat usaha Rasulullah saw merancang peperangan sudah mencapai klimaks, usaha selanjutnya adalah terus berdoa, berdoa dan berdoa. Beberapa sahabat ada yang berdoa, "Ya Allah, tutupilah kelemahan kami dan amankan kegundahan kami". Bahkan secara khusus Rasulullah saw berdoa sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, "Ya Allah yang telah menurunkan Al Kitab, dan yang cepat hisabNya. Kalahkanlah pasukan musuh. Ya Allah, kalahkanlah mereka dan guncangkanlah mereka". Allah swt mengabulkan doa beliau, karena Allah Maha Melihat apa yang telah diikhtiarkan Rasulullah saw dan para sahabat. 

Pertolongan Allah swt itu datang, kali ini pertolongan itu berupa "operasi politik" dari seorang muallaf yang bernama Nu'aim bin Sa'ud. Diam-diam ia mendatangi Rasulullah saw, beliau memberi intruksi kepada Nu'aim, "Berilah pertolongan kepada kami menurut kesanggupanmu, karena ketahuilah perang ini adalah tipu muslihat!". Intruksi tersebut membuat Nu'aim memutar otaknya untuk mencari cara untuk bisa memporak-porandakan pasukan Ahzab itu. Akhirnya, Nu'aim pergi menemui Bani Quraizhah di benteng mereka. Ketika sampai, Nu'aim di sambut petinggi Bani Quraizhah, mereka tidak menduga bahwa Nu'aim telah menjadi seorang muslim. 

Pertemuan itu terjadilah dialog :
Nu'aim : "Kalian telah mengetahui cintaku kepada kalian, khususnya antara diriku dan kalian"
Bani Quraizhah : "Engkau benar"
Nu'aim : "Orang-orang Quraisy tidak bisa disamakan dengan kalian. Negeri ini adalah tempat kalian. Kalian tidak akan sanggup meninggalkan anak dan istri kalian. Di sini ada harta benda, anak-anak, dan istri kalian. Kalian tidak akan sanggup meninggalkan negeri ini untuk pindah ke tempat lain. Sementara orang-orang Quraisy datang ke sini untuk memerangi Muhammad dan rekan-rekannya, lalu kalian menampakkan dukungan terhadap mereka, padahal harta benda, anak-anak dan istri mereka ada di Mekkah. Jika mereka bisa menang dalam peperangan ini tentu tidak masalah bagi mereka dan kalian. Akan tetapi jika dalam peperangan ini ternyata kalian kalah, maka itu malapetaka bagi kalian. Mereka akan pulang ke negerinya di mana harta benda, istri dan anak-anaknya ada di sana. Adapun kalian yang terlanjur memperlihatkan pengkhianatan akan kalian kemanakan anak, istri dan harta kalian, semua ada di Madinah"
Bani Quraizhah : "Lalu, bagaimana baiknya kami wahai Nu'aim?"
Nu'aim : "Menurutku, kalian jangan berberang dengan mereka!!, kecuali setelah mereka memberikan jaminan berupa tokoh-tokoh mereka kepada kalian"
Bani Quraizhah : "Engkau telah memberikan jawaban yang sangat tepat".

Dengan penjelasan itu, Bani Quraizhah benar-benar yakin dan terpengaruh perkataan Nu'aim. Kemudian, Nu'aim menjalankan aksi selanjutnya, yaitu mendatangi orang-orang Quraisy di luar Madinah. Keislamannya belum diketahui, masih dianggap pasukan Ahzab dari Bani Ghataffan. Nu'aim berkata serupa seperti yang dilakukannya kepada Bani Quraizhah, selanjutnya Nu'aim mendatangi kabilahnya, Bani Ghataffan dengan strategi yang sama. Hal ini membuat Bani Ghataffan marah, karena merasa dikhianati sesama pasukan Ahzab. Timbul rasa saling curiga dan tidak percaya diantara pasukan Quraizhah dengan pasukan Quraisy, pasukan Bani Ghataffan dengan pasukan Quraisy, serta pasukan Bani Quraizhah dengan pasukan Bani Ghataffan. Akhirnya, barisan pasukan Ahzab terpecah belah.

Dan pada malam itu, rasa dingin melanda semua pasukan, baik dari pasukan Muslimin dan pasukan Ahzab. rasa dinginnya sampai menusuk tulang mereka. Inilah pertolongan kedua dari Allah swt, Allah mendatangkan angin ribut yang sangat kendang menerpa pasukan Ahzab. Angin tersebut menyapu bersih apa yang dilaluinya. Tidak ada satu pun yang bisa kokoh berdiri. Kemah-kemah mereka terbawa angin, api unggun untuk menghangatkan badan terhambur tidak berbekas, hewan-hewan ternak lari tunggang-langgang, serta kuda-kuda mereka juga lari entah kemana karena ketakutan.

Tidak ada yang tersisa. Suasana menjadi sangat gelap. Allah swt kemudian menurunkan malaikat untuk meniupkan rasa takut kepada pasukan Ahzab, sehingga mereka menjadi frustasi. Suasana menjadi gaduh, terdengar ajakan untuk kembali ke Mekkah. Menghadapi situasi seperti ini, Abu Sufyan pun menjadi ciut, dan tidak ada pilihan lain kecuali harus memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan tempat tersebut. Allah swt menceritakannya dalam Surat Al Ahzab ayat 9, "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan".

=SELESAI=

About ""

Asosiasi Nasyid Nusantara (ANN) adalah sebuah organisasi yang merupakan wadah bagi para munsyid, penggiat nasyid, produser Nasyid, distributor nasyid, pencinta nasyid, lembaga, institusi, dan media massa maupun masyarakat umum yang ingin mendukung Nasyid.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 ANN DKI JAKARTA
Design by FBTemplates | BTT